Jumat, 30 April 2010

Di Balik Nikmatnya Kopi !


Kenikmatan minum kopi memang tidak bisa dipungkiri oleh siapa saja. Sayang, selain memberi dampak positif, minum kopi ternyata membawa dampak ikutan yang bisa berbahaya. Jadi bagaimana bisa tetap nyeruput kopi namun tetap aman?
Selain teh, kopi merupakan minuman paling dikenal umat manusia. Tak seorang pun tak mengenal kopi. Minuman ini sudah dikenal di mana-mana sejak ratusan tahun lalu. Begitu terkenalnya kopi sampai timbul istilah coffee break atau "rehat kopi" di setiap acara resmi seperti seminar, lokakarya, rapat, dll. Saat itu para tamu atau peserta beristirahat sebentar untuk menikmati kue-kue sambil minum secangkir kopi atau teh. Sementara dalam kehidupan sehari-hari, kopi seringkali dijadikan pendamping sarapan pagi.

Sekalipun demikian mungkin jarang kita mengamati apa manfaat atau dampak negatif kopi bagi kesehatan. Paling-paling yang kita tahu setelah minum kopi badan terasa segar dan rasa kantuk hilang.

Baik bagi pecandu narkoba

Menurut analisis kedokteran, dalam kopi terdapat sejenis senyawa kimia xantin. Derivat senyawa ini meliputi kafein, teofilin, dan teobromin. Namun, kopi hanya mengandung kafein. Sedangkan teofilin terdapat dalam teh, sementara teobromin dalam coklat.

Kafein ternyata dapat menimbulkan perangsangan terhadap susunan saraf pusat (otak), sistem pernapasan, serta sistem pembuluh darah dan jantung. Sebab itu tidak heran setiap minum kopi dalam jumlah wajar (1 - 3 cangkir), tubuh kita terasa segar, bergairah, daya pikir lebih cepat, tidak mudah lelah atau pun mengantuk. Dampak positif ini menyebabkan orang sulit terlepas dari kebiasaan minum kopi.

Namun, sebenarnya manfaat di atas tidak berlaku bagi seseorang yang pekerjaannya memerlukan ketelitian, kerapian, serta ketepatan menghitung, seperti matematika, menggambar atau melukis. Sebaliknya, minum kopi lebih tepat bagi orang yang belajar ilmu-ilmu sosial atau menghapal. Minumlah sekitar setengah sampai satu jam sebelum aktivitas belajar atau menghapal dimulai.

Kafein acap kali juga dijadikan salah satu bahan pelengkap pada obat sakit kepala. Pasalnya, kafein memiliki kemampuan mempersempit pembuluh darah ke otak (vasokonstriksi) sehingga pelebaran pembuluh darah di daerah otak yang merupakan penyebab sakit kepala bisa ditanggulangi. Bahkan, senyawa xantin dalam dosis rendah mampu merangsang susunan saraf yang sedang depresi, misalnya akibat penyalahgunaan narkoba atau kecanduan alkohol. Sehingga muncul pendapat bahwa kafein dapat memperbaiki fungsi mental penderita yang keracunan alkohol.

Lebih jauh, kafein ternyata dapat menetralisasi asam lemak dalam darah.

Mengganggu kesuburan

Sayangnya, kebiasaan minum kopi acap kali memunculkan efek "kecanduan" baik secara psikologis maupun fisiologis. Ciri umum ketergantungan kopi antara lain rasa letih atau lelah, tak bersemangat dan mengantuk kalau sehari saja tidak minum kopi. Yang wajar adalah mengonsumsi kopi sebanyak 85 - 200 mg atau 1 - 3 cangkir kopi. Namun, minum kopi di atas 250 mg sekaligus dapat menyebabkan gangguan kesehatan, seperti jantung berdebar, gelisah, insomnia (sulit tidur), gugup, tremor (tangan bergetar), bahkan mual sampai muntah-muntah.

Minum kopi juga berbahaya bagi penderita hipertensi (tekanan darah tinggi) karena senyawa kafein bisa menyebabkan tekanan darah meningkat tajam. Selain itu, kopi juga bisa meningkatkan aliran darah ke ginjal dengan akibat produksi urin bertambah. Jadi, jangan heran kalau tak lama sehabis mengkonsumsi kopi kandung kencing cepat penuh.

Minum kopi terlalu banyak bisa pula mengurangi kesuburan wanita, apalagi kalau dikombinasikan dengan alkohol. Bagi wanita usia menopause, minum kopi dalam jumlah banyak bisa menambah risiko kekeroposan tulang (osteoporosis).

Pada dosis sedang, kafein menaikkan produksi asam lambung yang berlangsung lama, sehingga dapat memperbesar risiko penyakit lambung, tukak lambung, atau tukak usus halus. Jadi para penderita kelemahan lambung hendaknya menghindari konsumsi kopi.

Cara pengolahan dan penyeduan kopi pun memberi andil terhadap dampak yang ditimbulkannya. Bentuk pengolahan dan penyeduhan kopi tubruk misalnya. Kopi tubruk pada umumnya lebih keras karena bubuk kopi dalam cangkir atau gelas langsung diseduh air mendidih. Lagipula kopi tubruk pada umumnya menggunakan kopi lebih kasar, dipadu dengan gula batu. Dengan sendirinya akan lebih banyak ampas bubuk kopi yang masuk ke tubuh kita dibandingkan dengan kopi yang diseduh dalam teko. Maka dapat dipahami bila efek sampingan kopi tubruk lebih tinggi dibandingkan dengan secangkir kopi yang sudah "tersaring" ampas kopinya.

Penyakit jantung dan arteriosklerosis

Masalah dampak kopi kasar atau tidak disaring (unfiltered) ini dipelajari oleh sejumlah peneliti di Belanda. Mereka mengamati tingginya kadar homosistein dalam darah pecandu kopi. Homosistein merupakan substansi yang terbentuk dari metionin, yakni suatu asam amino esensial yang terbentuk pada saat tubuh mengeluarkan protein. Padahal peningkatan homosistein berhubungan erat dengan risiko penyakit jantung.

Meski belum jelas bagaimana persisnya asam amino esensial mengganggu jantung, sudah terbukti bahwa zat tersebut acap kali menyebabkan timbulnya luka di berbagai lapisan dalam pembuluh darah arteri dan selanjutnya menjadi tempat menumpuknya asam lemak dan kalsium. Timbunan ini bisa mengakibatkan pengerasan dinding pembuluh darah arteri (arteriosklerosis).

Di sisi lain, menurut Dr. Elvina Karyadi, ahli gizi, homosistein dibutuhkan tubuh untuk berbagai reaksi biokimia, terutama dalam proses perubahan metionin menjadi sistationin dan berperan dalam membentuk propionil-koA (substansi yang beperan dalam metabolisme lemak dan karbohidrat), asalkan kadarnya tidak tinggi. Kadar normalnya, 7 - 22 ug mol/L.

Seorang peneliti Belanda menambahkan, dua minggu setelah setiap hari minum enam cangkir kopi, konsentrasi homosistein seseorang naik 10% dari angka normal. Begitu juga kadar kolesterol dan trigliserida. Namun, kenaikan ini tidak permanen. Bila kopi dihentikan dan keadaan tubuh sehat, kelebihan homosistein dapat secara alami normal kembali. Selain dengan mengurangi kafein, kenaikan kadar homosistein dapat pula dicegah dengan mengurangi konsumsi protein hewani yang banyak mengandung metionin.

Bila dalam sehari minum 1,360 g kopi kasar (sekitar 6 - 7 cangkir), diperkirakan risiko untuk terkena serangan jantung atau stroke naik 10%. Selain itu kadar vitamin B6 bisa berkurang sampai 21%.

Atas dasar itu alangkah baiknya tidak minum kopi, khususnya bagi mereka yang berisiko tinggi penyakit jantung. Kalau pun harus minum kopi, untuk kita sebaiknya hanya 1 - 3 cangkir sehari (standar untuk orang Eropa 3 - 5 cangkir). Itu pun tidak pada saat menjelang tidur. Kopi bisa digantikan segelas air jeruk, sayuran hijau, disertai konsumsi vitamin B6 dan B12. Jenis-jenis makanan dan minuman ini tidak mengandung seng dan kafein tapi tinggi mineral, vitamin serta asam folat. Padahal vitamin B6, B12, dan asam folat sangat berperan dalam menurunkan kadar homosistein dalam tubuh, sehingga penyakit jantung koroner pun bisa dihindari.

Sumber : Inti sari
Sumber Foto: Googling

Senin, 26 April 2010

Biarkan Alam Mengajarkan Kita!

Ada masanya dalam hidup ini, kita menyadari keburukan-keburukan dan kesalahan-kesalahan yang kita lakukan. Keburukan dan kesalahan yang bisa jadi disebabkan karena ketidaktahuan, ketidaksengajaan atau mungkin juga secara sadar kita lakukan itu dengan harapan timbul kesenangan walaupun orang lain menderita akibat keburukan kita itu.


Adalah sebuah prestasi besar dalam hidup ini bila kita menyadari keburukan-keburukan dan kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan, kemudian kita berniat memperbaikinya. Untuk memperbaikinya tidak ada jalan lain kecuali kita berani melakukan suatu perubahan dengan tingkat resistensi tertentu yang kita miliki. Karena perubahan tidak mesti memperbaiki sesuatu, tetapi untuk menjadi lebih baik kita mesti berubah.

Setiap manusia, hari ini, esok dan lusa tetap berada dalam sebuah proses perubahan menuju tangga-tangga kebaikan. Jika input yang kita miliki bagus, kemudian ditunjang dengan proses yang baik, maka kita boleh berharap akan memperoleh output yang baik pula. Pada dasarnya input yang kita miliki baik, karena Allah mengatakan setiap manusia dilahirkan secara fitrah. Kemudian orang tua dan lingkungannyalah yang memiliki otoritas memproses dia menjadi baik atau buruk.

Keinginan menjadi lebih baik, menjadi orang yang bermanfaat, menyenangkan, berprestasi, kokoh dengan iman adalah keinginan luhur dan murni yang dimiliki orang besar. Sedangkan orang kecil tidak pernah memikirkan manfaat untuk orang lain bahkan dirinya sendiri. Untuk mejadi lebih baik diperlukan sebuah usaha dan kerja keras. Tidak sedikit rintangan yang akan kita temui. Mereka yang memiliki visi yang jelas, semangat yang kuat, keinginan yang besar, dan cita-cita yang tinggilah yang akan memenangkan perubahan itu.

Alam adalah guru yang paling jujur mengajarkan banyak hal kepada kita. Seperti proses metamorfosis ulat menjadi seekor kupu-kupu. Bila ulat berhasil melalui proses itu dengan baik, maka ia akan menjadi seekor kupu-kupu yang cantik dan indah. Perjuangan melepaskan diri dari kepompong adalah proses yang sangat menyiksa bagi kupu-kupu. Melihat keadaan kupu-kupu yang kesusahan memisahkan diri dari kepompong menarik hati seseorang untuk membantu dengan memotong kepompong agar sang kupu-kupu dapat keluar dengan mudah. Tetapi akibatnya bantuan itu justru mematikan sang kupu-kupu karena membuat otot-otot sayap kupu-kupu tidak kuat untuk menahan beban tubuhnya. Akibatnya, ketika kupu-kupu itu keluar, ia kehilangan resistensi, kemudian diam dan akhirnya mati.



Apa makna yang bisa kita petik dari kisah alam itu? Untuk menjadi cantik dan indah, untuk menjadi lebih baik, kita memerlukan perubahan dalam hidup kita. Perubahan itu menghadapkan kita pada suatu tantangan yang besar. Semakin besar hambatan dan rintangan yang kita hadapi, maka akan semakin besar nilai yang akan kita raih. Daya tahan terhadap perubahan itu mempengaruhi tingkat keberhasilan kita.

Hadapilah tantangan itu dengan senyum dan keyakinan yang tinggi, optimalkan kemampuan yang kita miliki untuk memenangkannya. Jangan mengeluh bila kita terjatuh, jangan menjerit bila kita sakit. Jangan minta bantuan orang lain yang hanya akan memperparah keburukan-keburukan dan kesalahan-kesalahan kita, tapi carilah orang yang benar-benar ikhlas membantu kita menuju tangga-tangga kebaikan. Jangan merasa kita tidak mampu memperbaiki setiap keburukan dan kesalahan yang pernah kita lakukaan, kita pasti mamapu. Jangan lihat ke belakang, tapi tataplah ke depan, karena masa lalu tidak menjanjikan perubahan, tetapi masa depan menyediakan kita banyak pilihan keberhasilan.

Terakhir, bingkailah usaha kita dengan figura doa dan kepasrahan yang tinggi pada Allah, karena sebagai manusia yang diselimuti kekurangan, kita hanya bisa berusaha. Allah jualah yang menentukan segala nasib kita.


Sumber : eramuslim
Sumber Foto : Googling

Bangsa Selebritis !!!

Waktu saya masih kecil, saya masih selalu melihat perlombaan-perlombaan ‘tradisional’ di kampung saya. Semua sederhana, tanpa neko-neko.

Terlepas masyarakat saat ini masih ‘memelihara’ tradisi lomba-lomba yang beragam sebagai ciri khas perayaan di kampung-kampung seantero bangsa ini, saya merasa ada yang hilang dari mentalitas luhur masyarakat kita yang semestinya ada, karena budaya adiluhung yang sering dibanggakan dahalu. Ruh kemerdekaan semakin terlontar jauh dari porosnya yang hakiki.

Masyarakat kita saat ini belajar banyak dari apa yang mereka lihat, mereka dengar, semua proses belajar dari pengalaman sangat baik di serap oleh masyarakat. Sayang, materi ‘pengalaman’ yang diserap mayoritas masyarakat adalah pengalaman amoral, lebih banyak berprasangka dan pembodohan –pembodohan terselubung. Lihat saja perlombaan hura-hura yang digelar dari mulai lomba joged paling nginul, fashion, poco-poco, dan parahnya, para ibu-ibu yang tak lagi berbody ABG justru yang paling banyak. Bila para ibunya begitu, bagaimana para anak gadis dan jejakanya???? Masyarakat bawah lebih senang nuansa grubyak-grubyuk daripada nuansa-nuansa arif dan bersahaja. Mereka belajar dari siapa???? Selebritis dan para tokoh, tentunya!

Jadilah bangsa ini menjadi bangsa selebritis, karena memang itu yang dinikmati dan ditiru sebagian masyarakat di negeri ini. Sebenarnya, kalau kita mau melihat jujur, masyarakat kita lebih sering tercekoki hal-hal rendah tentang moral dan mentalitas. Lihat saja cara mereka merayakan sebuah moment sesakral kemerdekaan. Lihat bagaimana masyarakat kita dan para selebritis yang mereka nikmati dilayar kaca; semu! Full of Fun! Jauh dari nuansa keluhuran budaya ketimuran, jauh dari sebuah bangsa yang menjunjung tinggi budayanya.

Bangsa selebritis, bangsa yang demen merayakan segala moment dengan hingar bingar. Kita (masyarakat) belajar dari para pemimpinnya. Kalau pemimpin bisa korup kenapa kita nggak bisa menghibur masyarakat dengan hingar bingar ? Dampaknya? Masyarakat kita senang dengan hal-hal tiruan. Kalau selebritis bisa begini maka masyarakat juga bisa! Memaksakan bisa kalau perlu! Hiburan menjadi makanan pokok masyarakat kita, bukan lagi selingan! Sedangkan hal-hal pokok, tentang moralitas masyarakat, rasa prihatin, harga diri bangsa adalah selingan, diingat sesaat dan dilupakan perihnya.

Alhasil, malu rasanya memekikkan merdeka didalam bangsa yang terjajah budayanya, pola pikirnya, kemerdekaan adalah sebuah perjuangan. Perjuangan menjadi merdeka bukan perjuangan remeh yang semakin tua justru dinikmati sebagai ‘ulang tahun’ yang hingar bingar. Semestinya, sesuatu yang berusia setengah abad, lebih arif, lebih bijaksana, lebih matang. Bukan seperti usia 17 tahun. Itulah…. Masyarakat ini tegak bila setiap individu dan para pemimpinnya memiliki pemaknaan yang utuh tentang dirinya dan bangsanya. Bukan hanya pandai bersolek, bukan hanya senang menghibur diri sendiri , bukan hanya hingar bingar dan bergaya dengan budaya-budaya imitasi.

Kemerdekaan kita tidak pernah diraih dengan cuma-cuma apalagi hanya diberikan. Kemerdekaan itu direbut! Diperjuangkan. Ya, memang tidak sama orang yang pernah memperjuangkan sesuatu dengan orang-orang yang hanya menikmati apalagi ‘memanfaatkan’ kemerdekaan. Tidak sama seseorang yang menciptakan atau memiliki sesuatu dengan orang-orang yang hanya meminjam atau membeli sesuatu. Tidak akan sama orang-orang yang mengalami dengan orang-orang yang hanya bersimpatai, berempati apalagi hanya ‘merayakannya’. Perayaan hingar bingar dan mental pertunjukan memang tidak lagi layak untuk memaknai sebuah moment sesakaral kemerdekaan.

Pemikiran yang kritis , mental juang, militansi, kemandirian, mentalitas yang sarat dengan harga diri sebagai bangsa, pendirian yang teguh dan tidak membebek adalah hal-hal penting yang semestinya selalu semakin tebal seiring dengan merambatnya usia sebuah bangsa. Bangsa selebritis hanya kan melahirkan generasi-generasi yang lupa akan sejarah dan hakikat dirinya. Bnagsa selebritis adalah bangsa yang akan menaungi generasi-generasi manja dan cekithang-cekithing, karena mereka –nak-anak mudanya- mayoritas adalah generasi-generasi yang menjadikan hiburan sebagai menu utaman kehidupannya. Bila terus menrus demikian??? Ucapkan selamat tinggal kepada cita-cita luhur sebagai bangsa adiluhung yang berbudaya. Ganti saja dengan Republik Inul! Maka bangsa kita benar-benar bak Selebritis dan dunianya. Bangsa mercusuar dan terkenal karena banyak gossip dan masalah! Sinis memang, tapi ini realita!

sumber : eramuslim

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Enterprise Project Management